Facebook

Minggu, 21 Agustus 2011

Berbakti kepada kedua orang tua, sebuah jihad yang terlalaikan

Oleh : Ibnu Dzulkifli As-Samarindy

Telah berfirman Allah ta’ala :
وَوَصَّيْنَا الإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ المَصِيرُ

Artinya : ” Dan telah kami perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tunanya, Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepadaKulah kembalimu.” (QS. Luqman : 14)

Tidak butuh banyak kata-kata menafsirkan ayat ini, Insya Allah semua yang membaca akan paham tentang makna yang dikandungnya. Dalam ayat ini tergambar jelas perintah Allah kepada para hambanya untuk berbuat baik kepada kedua orang tua mereka. Suatu perkara yang pada zaman ini seakan-akan menjadi sesuatu yang sulit ditemui. Bahkan sebaliknya, sumpah serapah, kata-kata kasar bahkan kalimat-kalimat tidak pantas telah menjadi makanan sehari-hari para orang tua. Dan anehnya sebagian manusia terkadang lebih hormat dan tunduk kepada atasannya di kantor atau kepada guru mereka di sekolah dibandingkan dengan kepada orang tuanya yang telah mengandung dan merawatnya dengan susah payah. Bahkan samapai-sampai apabila berbicara kepada guru atau atasan di kantornya sampai badannya sedikit membungkuk dan kepala menunduk-nunduk. Aneh, sungguh aneh..

Mari luangkan waktu kita sejenak wahai saudaraku untuk merenungi ayat, hadits dan ucapan para ulama tentang perkara penting ini, semoga setelah itu Allah memberikan hidayah dan taufiknya kepada kita untuk menjelma menjadi seorang manusia yang pandai bersyukur dan membalas budi kepada manusia-manusia yang paling berjasa di hidupnya.


Sungguh Allah telah memerintahkan untuk berbakti kepada orang tua di beberapa tempat dalam Al Qur’an, diantaranya :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Artinya : ” Dan Rabbmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah kecuali hanya kepadaNya, Dan agar berbuat baik kepada kedua orang tua. Apabila salah seorang atau keduanya berada dalam pemeliharaanmu sampai berumur lanjut, janganlah sekali-kali berkata kepada mereka “Uf” dan janganlah membentak mereka serta ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (QS. Al-Isra’ : 23-24)

Dan Allah ta’ala juga berfirman di dalam surat yang lain :
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Artinya : “Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukan sesuatu apa pun bersamanya serta berbuat baiklah kepada kedua orang tua” (QS. An-Nisa’ : 36)

Dan berfirman di dalam surat yang lain :
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لا تَعْبُدُونَ إِلا اللهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Artinya : ” Dan (ingatlah) ketika kami mengambil janji dari Bani Israil , Janganlah kalian menyembah kecuali hanya kepada Allah dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua” (QS. Al-Baqarah : 83)

Berkata Ibnu Katsir tentang tafsir ayat ini : ” Dan inilah hak-hak yang paling tinggi dan paling besar, yaitu Hak Allah Tabarrak wa ta’ala untuk menyembahNya dan tidak menyekutukanNya . Kemudian hak-hak makhluknya yang paling tinggi dan paling utama yaitu hak kedua orang tua. Untuk inilah Allah mennyandingkan hakNya daan hak kedua orang tua” ( Tafsir Ibnu Katsir, Surat Al-Baqarah : 83)

Dan sungguh wahai saudaraku, di dalam amalan berbakti kepada kedua orang tua terdapat keutamaan-keutamaan besar yang sebagian tidak terkandung pada amalan sholih lainnya , diantaranya adalah :

A. Termasuk dari amalan yang paling mulia

Dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu , Beliau berkata : ” Aku bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam , “amalan apakah yang paling dicintai Allah ?”, beliau menjawab : : “Sholat tepat pada waktunya” kemudian aku bertanya lagi: ” Kemudian apalagi ? “ beliau menjawab : ” Berbakti kepada kedua orang tua”. Kemudian aku bertanya lagi : ” Kemudian apalagi ?” Beliau menjawab :” Berjihad di jalan Allah” (HR. Bukhori No. 5970 dan Muslim No. 85)

B. Akan dihilangkannya kesulitan dan bala bencana .

Sebagaimana kisah teantang tiga orang yang terperangkap di dalam gua karena pintu gua tertutup oleh batu besar, maka masing-masing dari mereka berdoa kepada Allah dengan amalan yang mereka anggap paling sholih. Dan salah satu dari mereka berdoa dengan amalannya berbakti kepada kedua orang tua. Maka Allah angkat marabahaya dari mereka dengan bergesernya batu di depan pintu gua. ( Hadits Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma Riwayat Bukhori No. 2215 dan Muslim No. 2743)

C. Sebab terkabulnya doa

Dari Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu , Beliau berkata : ” Aku telah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : ” Akan datang kepada kalian Uways bin amir bersama penduduk Ahlu Yaman, berasal dari Murod dan kemudian dari Qorin. Dahulu dia pernah tertimpa penyakit kulit kemudian sembuh dari penyakit tersebut kecuali tinggal sebesar kepingan dirham. Dia memilki seorang ibu yang dia sangat berbakti kepadanya, seandainya saja dia meminta kepada Allah untuk menyembuhkan (sisa) penyakitnya tersebut maka akan disembuhkan baginya. Apabila engkau (Wahai Umar) mampu meminta dia untuk memohonkan ampun (kepada Allah) untukmu maka lakukanlah” (HR. Muslim 2543)

D.Sebab Masuk ke dalam surga

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, beliau berkata : ” Telah bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : ” Ketika aku sedang tertidur, maka aku melihat diriku berada di dalam surga kemudian aku mendengar seseorang membaca Al-Qur’an. Maka aku bertanya : “Siapa ini ?” Mereka mengatakan : “ini adalah Haritsah bin Nu’man” Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata kepada Aisyah Radhiyallahu ‘anha : ” Begitulah balasan bagi orang yang berbakti kepada kedua orang tua , Begitulah balasan bagi orang yang berbakti kepada kedua orang tua (beliau mengulanginya dua kali.) dan dialah manusia yang paling berbakti kepada ibunya “ (HR. Ahmad 6/152, Al-Hakim dalam Al-Mustadrok 3/208. Dishohihkan Al-Albani dalam As-Shohihah No. 913)

Dan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : “ Sungguh celaka, Sungguh celaka, Sungguh celaka” maka ada yang bertanya : ” Siapa dia wahai Rasulullah?” beliau menjawab : ” Barangsiapa yang menemui salah seorang atau kedua orang tuanya dalam keadaan tua, dan tidak menyebabkan dia masuk surga” (HR. Muslim No. 9 dan Bukhori dalam Adabul Mufrod No. 16)

E. Sebab keridhoan Allah adalah ridho orang tua

Dari Abdullah bin Amr’ Radhiyallahu ‘anhuma , Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Keridhoan Allah bersama Ridho orang tua dan kemurkaan Allah bersama murka orang tua” (HR. Tirmidzi No.1899 dan Dishohihkan Al-Albani dalam Shohih Sunan Tirmidzi No. 1549)

F. Termasuk amalan Jihad

Dari Abdullah bin Amr’ Radhiyallahu ‘anhuma, Beliau berkata : Seorang lak-laki bertanya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam : ” Bolehkah aku turut berjihad ?” maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bertanya : ” Apakah engkau masih memilliki kedua orang tua ?” maka dia menjawab : “Ya” maka Rasulullah mengatakan : ” Maka kepada keduanyalah engkau berjihad “ (HR. Bukhori-Muslim)

Selain perkara-perkara yang sudah disebutkan, ada perkara lain yang terkait dengan berbakti kepada kedua orang tua, yaitu :

Berbakti kepada Ibu lebih didahulukan dibanding berbakti kepada ayah

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , Beliau berkata : ” Datang seorang laki-laki kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan bertanya : ” Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk aku perlakukan dengan baik ?” Beliau menjawab : ” Ibumu “ kemudian laki-laki itu bertanya lagi : ” Kemudian siapa ? “ beliau menjawab : ” Ibumu “. kemudian laki-laki itu bertanya lagi : ” Kemudian siapa ? “ beliau menjawab : ” Ibumu “. kemudian laki-laki itu bertanya lagi : ” Kemudian siapa ? “ Rasulullah menjawab : ” Kemudian ayahmu.” (HR. Bukhori 5971 dan Muslim 2547)

Dan Al-Muhaasiy telah berpendapat dalam kitabya Ar-Ri’ayah, Bahwa sesungguhnya tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah dengan tigaperempat kebaikan untuk ibu dan untuk ayah seperempatnya, berdasarkan pendalillan dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.

Bolehnya berbakti kepada orang tua yang kafir apabila memungkinkan.

Dari Asma’ bintu Abi Bakar Radhiyallahu ‘anhuma, Beliau berkata :” Ketika zaman Rasulullah, Ibuku datang menjengukku (Ibu beliau kafir. Pen) maka aku bertanya kepada Rasulullah , Apakah aku boleh menyambung silaturahmi dengannya. Maka Rasulullah menjawab :” ya” (HR. Bukhari-Muslim)

Dan perhatikanlah bagaimana para ulama berbakti kepada kedua orang tuanya.

Dari Muhammad Al-Munkadir, beliau berkata : ” Saudaraku Umar menghabiskan malamnya dengan melakukan sholat dan aku menghabiskan malamku dengan memijat kaki ibuku. Dan tidaklah aku lebih mencintai malam saudaraku dibanding malamku sendiri “ (As-Siyar 5/359)

Berkata Abu Bakar bin Iyas, : ” Dahulu aku pernah duduk bersama Mansyur bin Mu’tamir di rumahnya, maka ibunya memanggilnya dengan keras dan beliau memang memiliki sifat keras. Ibunya berkata :” Ibnu Hubairoh menginginkan engkau untuk memutuskan suatu perkara, maka mengapa engkau tidak memenuhinya ?” dan Mansyur bin Mu’tamir menunduk menempelkan janggutnya dia atas dadanya, tidak berani mengangkat kepalanya memandang kepada ibunya” (As-Siyar 5/405)

Saudaraku, setelah mengetahui tentang keutamaan-keutamaan berbakti kepada kedua orang tua, maka harus diketahui tentang makna berbakti kepada kedua orang tua dan batasan ketaatan mereka.

Berkata Hasan Al-Bashri : ” Berbakti kepada kedua orang tua adalah mencurahkan seluruh apa-apa yang engkau miliki dan menaati apa-apa yang mereka perintahkan kecuali dalam perkara maksiat” (Ad-Darul Mansyur 5/259)

Berkata Ibnul Jauzi : ” Berbakti kepada keduanya dengan menaati perintah keduanya selama bukan perkara yang terlarang, mendahulukan perintah keduanya diatas amalan-amalan Sunnah, menjauhi apa-apa yang mereka larang, menyantuni mereka, menunaikan keinginan mereka, bersungguh-sungguh dalam melayani mereka, beradab dan menyegani keduanya. Maka janganlah seorang anak mengangkat suaranya diatas suara kedua orang tuanya dan janganlah memanggil mereka dengan namanya. Apabila berjalan, berjalanlah di belakang mereka dan sabar atas apa-apa yang dibenci yang ada pada mereka”. (Al-Biir Was Silah hal. 57)

Adapun ketika orang tua memerintahkan sesuatu atau menginginkan sesuatu yang bertentangan dengan syariat, maka boleh bagi kita untuk tidak menaatinya dalam perkara tersebut dan tetap menaatinya dalam perkara-perkara lainnya.

Berkata Imam Bukhori dalam Shohihnya : “Bab berbakti kepada kedua orang tua di dalam perkara-perkara yang bukan maksiat”

Berkata Imam At-Thobari : ” Jadilah engkau di depan keduanya (orang tua) dengan merendahkan diri dan berikan kasih sayang darimu dengan menaati keduanya dengan apa-apa yang mereka perintahkan di dalam perkara-perkara yang bukan maksiat serta tidak meyelisihi mereka di dalam apa-apa yang mereka cintai” (Tafsir At-Thobari 14/550)

Dan salah satu dalil tentang perkara ini adalah kisah Sa’ad bin Abi Waqash Radhiyallahu ‘anhu , Beliau berkata : ” Sebab diturunkannya surat :

وَوَصَّيْنَا الإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

(Artinya : ” Dan telah kami perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan bersamaku sesuatu yang engkau tidak memilki pengetahuan tentangnya, maka janganlah kamu menaati keduanya. Hanya kepadaKulah kembalimu, lalu aku kabarkan kepadamu apa-apa yang telah engkau kerjakan ” (QS. Al-Ankabut : 8 ) Adalah berkaitan denganku. Dahulu aku sangat berbakti kepada ibuku, ketika aku telah masuk Islam, ibuku berkata kepadaku :” Wahai Sa’ad agama apa ini ? agama yang tidak pernah dikenal sebelumnya. Sungguh engkau harus meninggalkan agama ini atau aku tidak akan makan dan minum hingga aku akan mati. Maka engkau akan dijuluki “Wahai orang yang telah membunuh ibunya”. Maka aku berkata ” Jangan engkau melakukannya wahai ibuku, sesungguhnya aku tidak akan pernah meninggalkan agamaku ini demi apa pun” Maka berlalulah satu hari satu malam dalam keadaan ibuku tidak mau makan dan minum, maka ketika sudah melewati malam, maka sungguh ibuku mulai lemas. Ketika aku melihatnya seperti itu, maka aku berkata : ” Wahai ibuku. Ketahuilah. Demi Allah seandainya engkau memiliki seratus nyawa dan engkau keluarkan satu demi satu, sungguh aku tidak akan meninggalkan agamaku. Maka terserah engkau, apakah engkau mau makan atau tidak.” Maka setelah melihat pendirianku, ibuku mau makan.” (As-Siyar 1/109)

Inilah saudaraku, sekelumit catatan ringkas tentang wajibnya berbakti kepada kedua orang tua, berbakti kepada dua manusia yang paling berjasa dalam hidup kita.

Sumber Catatan :

Tholabul Ilmi wa Birul Walidain, Kamal bin Tsabit Al-Adany

As-Shohih minal Atsar fi Khutobil Minbar, Faishol Al-Hasyidiy

http://assamarindy.wordpress.com/2008/12/03/birrul-walidain/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar