Facebook

Sabtu, 03 September 2011

Sembahlah Allah, dan jadikanlah Dia sebagai satu-satuNya sembahanmu


Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
يَجْمَعُ اللَّهُ النَّاسَ فَيَقُولُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ شَيْئًا فَلْيَتَّبِعْهُ
Allah akan mengumpulkan manusia lalu berfirman: ‘Barangsiapa menyembah sesuatu maka hendaklah ia mengikutinya, ‘
فَيَتَّبِعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الْقَمَرَ الْقَمَرَ وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ الشَّمْسَ الشَّمْسَ وَيَتَّبِعُ مَنْ كَانَ يَعْبُدُ الطَّوَاغِيتَ الطَّوَاغِيتَ
lalu mereka yang menyembah bulan mengikuti bulan, mereka yang menyembah matahari mengikuti matahari, mereka yang menyembah thagut-thaghut mengikuti thaghut-thaghut (tersebut).
—-
Dalam riwayat lain:
‎فَيَذْهَبُ أَصْحَابُ الصَّلِيبِ مَعَ صَلِيبِهِمْ وَأَصْحَابُ الْأَوْثَانِ مَعَ أَوْثَانِهِمْ وَأَصْحَابُ كُلِّ آلِهَةٍ مَعَ آلِهَتِهِمْ
Maka penyembah Salib pergi bersama Salib mereka, dan penyembah patung pergi bersama Patung-patung mereka, dan setiap penyembah sesembahan-sesembahan pergi bersama sesembahan-sesembahan mereka
(HR. Bukhariy, Muslim dan selainnya)
—-
وَتَبْقَى هَذِهِ الْأُمَّةُ فِيهَا مُنَافِقُوهَا
dan tinggallah umat ini yang di dalamnya ada orang-orang munafik.
—-
Dalam riwayat lain:
‎ حَتَّى يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ وَغُبَّرَاتٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
hingga tinggal orang-orang yang menyembah Allah, entah baik atau durhaka dan ahli kitab terdahulu.
‎ ثُمَّ يُؤْتَى بِجَهَنَّمَ تُعْرَضُ كَأَنَّهَا سَرَابٌ
Kemudian jahannam didatangkan dan dipasang, ia seolah-olah fatamorgana
‎فَيُقَالُ لِلْيَهُودِ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ
Lantas orang-orang yahudi ditanya, Apa yang dahulu kalian sembah?
‎قَالُوا كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللَّهِ
Mereka menjawab, Kami dahulu menyembah Uzair, anak Allah.
‎فَيُقَالُ كَذَبْتُمْ لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ وَلَا وَلَدٌ فَمَا تُرِيدُونَ
Kemudian dikatakan kepada mereka: Kalian dusta! Allah sama sekali tidak mempunyai isteri dan tidak pula anak. Lalu apa yang kalian inginkan?
‎ قَالُوا نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا
Mereka menjawab, Kami ingin jika Engkau memberi kami minuman!
‎فَيُقَالُ اشْرَبُوا
Dikatakan kepada mereka: Minumlah kalian!
‎فَيَتَسَاقَطُونَ فِي جَهَنَّمَ
Lalu mereka berjatuhan di Neraka jahannam.
‎ثُمَّ يُقَالُ لِلنَّصَارَى مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ
Lantas orang-orang Nashara diseru, Apa yang kalian dahulu sembah?
‎فَيَقُولُونَ كُنَّا نَعْبُدُ الْمَسِيحَ ابْنَ اللَّهِ
Mereka menjawab, Kami dahulu menyembah Isa al Masih, anak Allah.
‎فَيُقَالُ كَذَبْتُمْ لَمْ يَكُنْ لِلَّهِ صَاحِبَةٌ وَلَا وَلَدٌ فَمَا تُرِيدُونَ
Mereka dijawab, Kamu semua bohong! Allah sama sekali tidak mempunyai isteri atau bahkan anak, dan apa yang kalian inginkan?
‎فَيَقُولُونَ نُرِيدُ أَنْ تَسْقِيَنَا
Mereka menjawab, Kami ingin agar Engkau memberi kami minuman!
‎فَيُقَالُ اشْرَبُوا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي جَهَنَّمَ
Lalu dijawab, Minumlah kalian! Dan langsung mereka berjatuhan di Neraka Jahannam
(HR. Bukhariy, Muslim dan selainnya)
—-
فَيَأْتِيهِمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي غَيْرِ صُورَتِهِ الَّتِي يَعْرِفُونَ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ
Lalu Allah mendatangi mereka dengan bentuk yang mereka belum mengenalinya, kemudian berfirman; ‘Aku adalah Rabb kalian, ‘
فَيَقُولُونَ نَعُوذُ بِاللَّهِ هَذَا مَكَانُنَا حَتَّى يَأْتِيَنَا رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ فَإِذَا جَاءَنَا رَبُّنَا عَرَفْنَاهُ
mereka berkata; ‘Kami berlindung kepada Allah, ini adalah tempat kami menunggu hingga Rabb kami datang, jika Rabb kami datang maka kami pasti akan mengenalnya.’
Rasulullah bersabda:
فَيَأْتِيهِمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي الصُّورَةِ الَّتِي يَعْرِفُونَ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا فَيَتَّبِعُونَهُ
Lalu Allah ‘azza wajalla mendatangi mereka dengan bentuk yang mereka kenali, kemudian berfirman; ‘Aku adalah Rabb kalian, ” Lalu mereka menjawab; ‘Engkau adalah Rabb kami.’ Lalu mereka pun mengikuti-Nya.
(HR. Ahmad (dan ini lafazhnya), Bukhariy, dan selainnya)
Dalam riwayat lain:
‎حَتَّى يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ 
.
hingga tersisa manusia yang menyembah Allah,entah yang baik atau berbuat durhaka.

‎فَيُقَالُ لَهُمْ مَا يَحْبِسُكُمْ وَقَدْ ذَهَبَ النَّاسُ
Mereka ditanya, Apa yang menyebabkan kalian tertahan padahal manusia lainnya sudah pergi?
‎ فَيَقُولُونَ فَارَقْنَاهُمْ وَنَحْنُ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَيْهِ الْيَوْمَ وَإِنَّا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِيَلْحَقْ كُلُّ قَوْمٍ بِمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ وَإِنَّمَا نَنْتَظِرُ رَبَّنَا
Mereka menjawab, Kami memisahkan diri dari mereka dan kami adalah manusia yang paling membutuhkan-Nya, kami dengar ada seorang juru seru menyerukan …..Hendaklah setiap kaum menemui yang mereka sembah!…. Hanyasanya kami menunggu-nunggu Rabb kami.
Beliau melanjutkan,
‎فَيَأْتِيهِمْ الْجَبَّارُ فِي صُورَةٍ غَيْرِ صُورَتِهِ الَّتِي رَأَوْهُ فِيهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ
Lantas (Allah) Al-Jabbar mendatangi mereka dengan bentuk yang belum pernah mereka lihat pertama kali,
‎ فَيَقُولُ أَنَا رَبُّكُمْ
lalu Allah firmankan: ‘Akulah Rabb kalian.’
‎فَيَقُولُونَ أَنْتَ رَبُّنَا فَلَا يُكَلِّمُهُ إِلَّا الْأَنْبِيَاءُ
Mereka menjawab, ”Engkau adalah rabb kami, dan tidak ada yang berani mengajak-Nya bicara selain para nabi (‘alayhimush shalaatu was salaam)”
‎فَيَقُولُ هَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ آيَةٌ تَعْرِفُونَهُ
lantas para nabi berkata (kepada para pengikutnya), ” Bukankah di antara kalian dan Allah ada tanda yang kalian mengenalnya….?“
‎فَيَقُولُونَ السَّاقُ
Mereka menjawab, ‘Ya, yaitu betis‘
‎ كُلُّ مُؤْمِنٍ ‎فَيَكْشِفُ عَنْ سَاقِهِ فَيَسْجُدُ لَهُ
maka Allah pun menyingkap betis-Nya, sehingga setiap mukmin bersujud kepada-Nya
وَيَبْقَى مَنْ كَانَ يَسْجُدُ لِلَّهِ رِيَاءً وَسُمْعَةً فَيَذْهَبُ كَيْمَا يَسْجُدَ فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا وَاحِدًا
Lalu tersisalah orang-orang yang (selama di dunia) sujud kepada Allah karena riya (ingin dilihat manusia) dan sum’ah (ingin didengar manusia); (maka mereka tidak dapat bersujud kepadaNya, karena) setiap kali mereka ingin bersujud punggungnya kembali menjadi satu bagian.
[HR. Bukhariy (dan ini lafazhnya), Muslim dan selainnya]
Pelajaran yang dapat kita petik dari hadits diatas
1. Peringatan bagi kita semua, untuk kembali kepada Allah, kembali kepada agamaNya.
Khususnya bagi kita yang SANGAT JAUH dari agama, yang mengaku beragama Islam, namun TIDAK NAMPAK ciri-ciri keislaman dalam diri kita. kalaupun kita tampak, itu hanya kita tampakkan hanya karena dilihat atau didengar orang; hanya pada keramaian, tidak dalam kesendirian. hanya secara lahiriah, tapi batin kita mendustakan.
Demikian pula dengan orang-orang yang mengaku beragama Islam, namun ia meninggalkan agamanya. ia hidup bagaikan orang yang tidak beragama. ia mengaku adalah penyembah Allah, namun TIDAK PERNAH SEKALIPUN ia menyembahNya; bahkan ia hidup berlandaskan hawa nafsunya; layaknya orang ATHEIS yang tidak beragama, sehingga ISLAM hanyalah identitas KTPnya.
Tidakkah ia tahu bahwa HAWA NAFSU pun bisa menjadi sesembahan selain Allah? walaupun ia mengaku “penyembah Allah”?!
Bukankah Allah berfirman bahwa HAWA NAFSU kita sendiri pun bisa menjadi sesembahan selain Allah?
Allah berfirman:
أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ أَفَأَنتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلًا
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?
(Al-Furqaan: 43)
Allah berfirman:
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَٰهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَىٰ عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَىٰ سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَىٰ بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَن يَهْدِيهِ مِن بَعْدِ اللَّهِ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?
(Al-Jaathiya: 23)
Ibnu Katsir menafsirkan “penyembah hawa nafsu” dengan tafsiran:
Orang yang memandang baik/buruknya sesuatu menurut hawa nafsunya, kemudian menjadikan sesuatu yang dianggapnya baik/buruk tersebut sebagai agamanya.
(lihat tafsir ibnu katsiir)
Sehingga ia melakukan apapun sekehendak hawa nafsunya, dan meyakininya sebagai suatu yang boleh-boleh saja untuk dilakukan; tanpa ada pengingkaran hati karena ketiadaaan iman dalam hatinya.
Karenanya, terdapat perbedaan antara pengikut hawa nafsu yang masih diatas Islam dan penyembah hawa nafsu
Pengikut hawa nafsu adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya namun hatinya meyakini akan kesalahan yang diperbuatnya, dan ketika ia melakukannya, ia tahu bahwa ia sedang berbuat dosa. sehingga hatinya meningkari perbuatan mungkarnya tersebut.
Akan tetapi penyembah hawa nafsu melakukan perbuatan yang mungkar, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun, bahkan menyenanginya. tanpa ada pengingkaran hati sedikitpun atas perbuatan mungkarnya akan tetapi meridhainya.
Maka barangsiapa saja yang telah menjadikan hawa nafsu sebagai sesembahannya selain Allah; hendaknya kembali kepada Allah; dengan bertaubat dengan taubat yang nasuuh kepadaNya, beribadah kepadaNya dengan tidak menyekutukanNya sedikitpun dalam peribadatan.
Ketahuilah, banyak orang tertipu akan hal ini, ia merasa tidak menyekutukan Allah; merasa aman dengan ‘keislamannya’ padahal ia telah menjadikan hawa nafsunya sebagai sesembahan selain Allah.
Maka kita memohon agar diselamatkan Allah dari menyembah hawa nafsu kita; dan kita memohon kepada Allah agar lebih mengikuti petunjukNya daripada mengikuti hawa nafsu kita. aamiin.
2. Peringtan pula bagi orang-orang yang beribadah kepada Allah, ahli ibadah yang taat. namun disamping ia beribadah kepada Allah, ia pun menyembah selainNya.
Seperti orang-orang yang menjadikan KUBUR sebagai sesembahan selain Allah. Sebagaimana pula orang-orang yang menjadikan WALI-WALI ALLAH sebagai sesembahan selain Allah.
Mereka meminta-minta kepada selain Allah secara langsung; sedangkan orang/sesuatu yang disembahnya tidak mampu untuk memperkenankan sesuatu apapun.
Atau mereka menjadikan orang-orang MATI sebagai perantara doa-doa mereka; sehingga ia menyampaikan hajatnya kepada orang mati tersebut yang DIKIRAnya mampu untuk menyampaikan hajat; padahal orang-orang mati tersebut TIDAK MAMPU untuk menyampaikan hajatnya kepada Allah, justru MEREKALAH yang MEMBUTUHKAN doa orang-orang yang masih hidup (jikalau mereka seorang MUSLIM).
Ketahuilah semua ini adalah KESYIRIKAN AKBAR, yang dapat mengeluarkan pelakunya dari agama Islam.
Maka mengapa orang yang menyembah selain Allah; seperti orang yang menyembah patung dan lain sebagainya tidak menyadari bahwa patung yang mereka buat itu TIDAK DAPAT MENCIPTAKAN SESUATU APAPUN, TIDAK DAPAT MEMBERIKAN MANFA’AT dan MENOLAK MUDHARAT; bahkan mereka TIDAK DAPAT BERBUAT APA-APA?! bahkan mereka sendiri yang membuat patung tersebut! alangkah lemahnya yang disembah maupun yang menyembah.
Maka mengapakah mereka yang menjadikan orang-orang mati itu sebagai perantara?! bahkan tanpa mereka sadari, mereka TELAH MEMINTA hajatnya kepada orang mati tersebut. bukankah mereka berkata, “WAHAI PENGHUNI KUBUR, sampaikanlah permohonan kami (ini dan itu) kepada Allah” bukankah inipun termasuk MEMINTA-MINTA kepada mereka?!
Allah berfirman:
إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ
Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalaupun mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu.
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ
Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.
(Faatir: 14)
Maka mengapa mereka tidak MENYEMBAH ALLAH secara langsung saja kepada Dzat yang tidak membutuhkan sekutu, Yang Maha Esa lagi Maha Mendengar doa hambaNya; Yang Maha Mampu untuk mengabulkan seluruh hajat hambaNya. Yang Maha Tahu atas permintaan hambanya dengan apapun bahasa yang ia gunakan. Yang Maha Kuat yang tiada yang mampu memaksaNya dan tiada yang mampu untuk menahanNya. Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu!?
Kita tidak mengingkari ADANYA TAWASSUL, akan tetapi ber-tawassul pun harus SESUAI SYARI’AT ALLAH; bukan persangkaan kita. (silahkan baca sedikit penjelasan tawwasul dsini (baca point ke-14))
3. Peringatan pula bagi orang-orang yang beribadah kepada Allah, ahli ibadah yang taat. Namun mereka beribadah hanya karena manusia. baik ingin dilihat manusia atau ingin didengar manusia.
Ketahuilah apabila objek ibadahnya adalah karena manusia, maka ketahuilah, ini adalah kesyirikan akbar, kemunafiqan akbar! sebagaimana yang dilakukan oleh kaum munaafiqin di zaman Rasulullah.
Dan apabila seseorang -pada dasarnya beribadah kepada Allah- namun dalam peribadatannya TERCAMPUR dengan keinginan untuk mendapatkan pujian manusia, popularitas, kekayaan, kekuasaan, dsb). maka ketahuilah inipun disebut juga KESYIRIKAN, hanya saja tidak mengeluarkan pelakunya dari agama. Namun ketahuilah DOSA orang yang melakukan yang demikian adalah DOSA BESAR, yang lebih besar daripada dosa membunuh, mencuri, merampok, berzina dll!!!
Inilah yang dinamakan syirik ashghar; yang banyak menipu para ahli ibadah. mereka menyangka telah berbuat kebaikan, namun apa yang mereka usahakan tidak bermanfaat bagi mereka sedikitpun. kelak mereka akan menjadi orang yang pertama-tama dipanaskan api neraka sebagaimana disebutkan dalam hadits!
Maka apakah para ahli ibadah itu merasa aman dair KEMUNAFIQAN? maka apakah para ahli ibadah itu merasa aman dari RIYAA’ SUM’AH dan UJUB?!
Ketahuilah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, bahwa Allah berfirman:
أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِيْ غَيْرِيْ ، تَرَكْتُهُ وَ شِرْكَهُ
“Aku adalah sekutu yang Maha Cukup, sangat menolak perbuatan syirik. Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang dicampuri dengan perbuatan syirik kepadaKu, maka Aku tinggalkan dia dan (Aku tidak terima) amal kesyirikannya”
[HR Muslim, no. 2985 dan Ibnu Majah, no. 4202 dari sahabat Abu Hurairah; dipetik darialmanhaj]
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ الْعَمَلِ إلاَّ مَا كَانَ خَالِصًا وَ ابْتَغَي بِهِ وَجْهَ الله
“Sesungguhnya Allah tidak menerima satu amalan kecuali dengan ikhlas dan mengharap wajahNya.”
(HR. an-Nasa’i dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu’anhu, sanadnya hasan, dihasankan oleh al-Iraqi dalam Takhrij al-Ihya’)
Maka semoga Allah menyelamatkan kita dari beribadah kepada selainNya; dan semoga Allah meluruskan niat kita, meneguhkan niat kita; agar kita hanya menginginkan wajahNya saja, dan berusaha agar dalam niat ibadah kita tidak tercampuri hal-hal yang dapat merusaknya seperti RIYAA’ ataupun SUM’AH ataupun UJUB. aamiin.
4. Kelak dihari kiamat ORANG-ORANG MUKMIN mengenal RabbNya dengan sifat-sifatNya.
Lihatlah bagaimana KAUM MUKMININ yang mengenal RabbNya dengan sebuah tanda. Tanda apa itu? yaitu mereka mengenalNya dengan SIFAT-SIFATNya yang telah mereka KETAHUI dan PAHAMI dengan benar selama didunia. Sehingga ketika Para Rasul menanyakan apa yang sudah mereka ketahui tentang Rabb mereka, maka mereka menjawab “Betis”. Dan dengan itulah mereka mengenalNya, yang kemudian sujud kepadaNya.
Dan ketahuilah, Betis Allah TIDAKLAH SAMA dengan betis makhluqNya. Janganlah sampai kita MEMBAYANGKAN betisNya itu dengan betis manusia. Maha Suci Allah, Maha Agung Allah, Maha Sempurna Allah dari KOTORNYA bayang-bayang tersebut!
Dan ketahuilah, menetapkan Allah memiliki betis TIDAKLAH MENGKONSEKUENSIKAN bahwa betis Allah SAMA DENGAN betis makhluq! ini adalah tipu daya syaithan! mereka mengatakan bahwa setiap orang yang menetapkan akan sifat-sifat Allah (seperti Wajah, Tangan, Telapak kaki, BetisNya) aadalah orang-orang yang menyerupakan Allah! alangkah jeleknya perkataan mereka!
Bahkan MEREKA SENDIRILAH YANG MENYERUPAKAN ALLAH dengan makhluq.
1. Ahlus sunnah menetapkan bahwa Allah memiliki Wajah, Tangan, Betis, Telapak Kaki, dsb; sebagaimana yang telah diterangkan Allah Yang Memiliki Sifat tersebut dalam KitabNya dan dijelaskan melalui RasulNya yang mendapatkan ilmu dari wahyu dariNya!
2. Mereka pun menetapkannya TANPA MENYERUPAKANNya dengan makhlukNya, TANPA MENGHILANGKAN MAKNA Wajah, Tangan dsb, TANPA MEMALINGKAN MAKNA Wajah, Tangan, dsb; TANPA MEMBAYANGKAN sifatNya, TANPA MENANYAKAN “bagaimana” sifatNya, TANPA MENGINGKARI apa-apa yang telah Ia tetapkan untuk DiriNya!
Silahkan pelajari lebih dalam tentang penjelasan tauhid asma’ wash shifat MENURUT PEMAHAMAN RASULULLAH dan PARA SHAHABATNYA.
5. Terdapat juga pelajaran dalam hadits ini bahwa diantara DAKWAH TAUHID yang didakwahkan NABI dan RASUL adalah mendakwahkan NAMA-NAMA dan SIFAT-SIFAT ALLAH.
Sebagaimana para nabi dan Rasul dalam hadits diatas menanyakan kepada umat mereka apa yang dulu mereka ajarkan. Sehingga umatnya mengenali Rabbnya berdasarkan apa yang mereka telah ketahui dan pahami DENGAN BENAR melalui Nabi dan Rasul tersebut.
6. Kabar gembira bagi orang-orang yang mengenal Allah dengan benar, yang menjadikan Allah sebagai sesembahan mereka, mereka menyembahNya dan mereka tidak mengadakan sekutu bagiNya
Merekalah yang dahulu didunia mengenalNya dengan MENUNTUT ILMU SYAR’IY yang SHAHIIH, memahaminya dengna benar dan mengamalkannya. Mereka senantiasa sujud kepadaNya, dan mereka sujud IKHLASH karenaNya.
Merekalah kelak yang akan mendatangi Allah, mengikutiNya, sujud kepadaNya.
Semoga Allah menjadikan kita dan keluarga termasuk golongan Allah, ath Thaa-ifah al Mansyuurah. aamiin
Khatimah (Penutup)
Ketahuilah, seorang pengaku “penyembah Allah” tidak dikatakan “penyembah Allah” sampai ia meninggalkan seluruh sesembahan lain selainNya.
Maka hendaknya seseorang MENYEMBAH ALLAH; tidak hanya sampai disitu, dan ia pun hanya menjadikan Allah satu-satunya sesembahannya. Ia tidak menyekutukanNya sedikitpun dari sesuatu apapun juga. Merekalah yang kelak akan mengikuti Allah,
Maka semoga kita termasuk hamba-hambaNya yang senantiasa menyembahNya, dan tidak menyekutukanNya sedikitpun dalam peribadatan.
http://abuzuhriy.com/?p=2872

Tidak ada komentar:

Posting Komentar