Facebook

Kamis, 01 September 2011

Pelajaran Tentang Takdir


by Abu Muawiah (murid ustd. Dzulqarnain hafizdhohullaah)
Pelajaran Tentang Takdir
Dari Abu Abdirrahman Abdillah bin Mas’ud –radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- menceritakan kepada kami –dan beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan-, “Sesungguhnya salah seorang di antara kalian, dikumpulkan penciptaannya di dalam perut ibunya selama 40 hari sebagai nutfah, kemudian berubah menjadi darah selama itu pula (40 hari), kemudian berubah menjadi daging selama itu pula. Kemudian diutus kepadanya malaikat lalu malaikat ini meniupkan ruh kepadanya dan dia diperintahkan untuk menulis empat perkara: Rezekinya, ajalnya, amalannya dan apakah dia orang yang celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada sembahan yang hak selain-Nya, sesungguhnya salah seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni surga (1) hingga tidak ada jarak antara dia dengan surga kecuali sehasta. Lalu dia didahului oleh takdir hingga dia pun mengamalkan amalan penghuni neraka sehingga akhirnya dia masuk ke dalam neraka. Dan sesungguhnya salah seorang di antara kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni neraka hingga tidak ada jarak antara dia dengan neraka kecuali sehasta. Lalu dia didahului oleh takdir hingga dia pun mengamalkan amalan penghuni surga sehingga akhirnya dia masuk ke dalam surga.”
Takhrij:
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari (4/135/3208) (4/161/3332) (8/152/6594) (9/165) dan Muslim (8/44/2643) dari jalan Al-A’masy dari Zaid bin Wahb dari Ibnu Mas’ud.
Beberapa pelajaran yang terpetik darinya:
1.    Wajibnya beriman kepada takdir, bahwa segala sesuatu yang akan menimpa hampa adalah takdir dan ketetapan dari Allah Ta’ala.
2.    Hendaknya seseorang yang ingin menceritakan suatu khabar yang terdengar asing, dia menguatkannya dengan sumpah atau selainnya sebelum menyampaikannya, agar orang yang mendengarnya tidak langsung mengingkarinya. Sebagaimana Ibnu Mas’ud berkata, “Dan beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan,” sebelum menyampaikan hadits tentang takdir yang terkadang masih asing di telinga sebagian orang.
3.    Penetapan adanya penulisan takdir bagi setiap makhluk ketika dia masih di dalam rahim.  Penulisan ini berbeda dengan penulisan takdir di lauhul mahfuzh.
4.    Penetapan akan mungkinnya kebangkitan jasad. Kalau Allah sanggup meniupkan ruh kepada suatu makhluk yang awalnya tidak ada, maka tentunya Dia lebih sanggup lagi untuk mengembalikan ruh kepada suatu makhluk yang sudah pernah ada dan tinggal disusun kembali.
5.    Rahmat dan kasih sayang Allah kepada setiap ibu, tatkala Dia merubah keadaan janinnya dari satu keadaan ke keadaan lainnya agar sang ibu bisa beradaptasi dengan setiap perubahan. Bayangkan saja apa yang terjadi kalau seandainya nutfah tersebut langsung berubah menjadi bayi dalam waktu seketika?
6.    Anjuran untuk merasa cukup dengan rezeki yang ada dan larangan untuk terlalu berlebihan dalam mencarinya, karena semuanya sudah ditakdirkan.
7.    Yang menjadi ketetapan pada diri seseorang adalah keadaan akhir yang dia meninggal di atasnya, bukan keadaan dia di pertengahan hidupnya. Karena seseorang itu akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika dia meninggal.
8.    Tidak boleh menjamin seseorang itu masuk surga hanya karena ketinggian ilmu dan kesalehannya -kecuali yang ditetapkan oleh dalil-, karena keadaan akhir hidupnya belum diketahui. Demikian pula sebaliknya pada pelaku maksiat.
Karenanya tidak boleh memastikan orang yang meninggal bahwa dia ‘almarhum’ (dirahmati) atau ‘mati syahid’ -kecuali yang ditunjukkan oleh dalil- karena keadaan sebenarnya dari setiap orang tidak ada yang mengetahuinya.
9.    Disyariatkan banyak-banyak berdoa agar senantiasa kokoh di atas agama dan mendapatkan husnul khatimah.
10.    Taubat itu menghapuskan semua dosa sebelumnya termasuk kesyirikan. Bagaimana orang yang sudah hampir masuk neraka tapi di akhir hidupnya dia bertaubat lalu mengamalkan amalan penghuni surga lalu dia pun masuk surga. Tapi perlu diingat bahwa tidak ada dosa yang kecil kalau dikerjakan terus-menerus, dan tidak ada dosa yang besar bila dibarengi dengan istighgar.
11.    Hadits ini termasuk dari tanda-tanda kenabian beliau karena berisi khabar tentang suatu yang ghaib.
12.    Hadits ini menunjukkan bahwa yang semua manusia tercipta dari nutfah, kecuali Adam yang diciptakan dari tanah dan Hawa yang diciptakan dari tulang sulbi Adam.
13.    Umur janin ketika ditiupkan ruh padanya adalah 120 hari (3×40 hari) atau 4 bulan. Dari sini para ulama mengatakan bahwa janin yang keguguran pada usia ini atau lebih maka dia wajib dimandikan dan dishalati, kalau kurang dari usia ini maka tidak wajib.
14.    Penetapan adanya malaikat yang bertugas mencatat takdir di dalam rahim.
15.    Para malaikat tidak mengetahui perkara ghaib kecuali apa yang Allah beritahukan kepadanya. Malaikat di rahim ini mengetahui hal ghaib berkenaan dengan takdir makhluk karena diberitahu oleh Allah.
16.    Setiap orang yang sudah ditentukan menjadi penghuni surga, maka pasti Allah akan mengarahkannya kepada amalan penghuni surga -dalam artian Allah akan memudahkan semua sebab kebaikan kepadanya dan mempersulit semua sebab kejelekan bagi dirinya-, walaupun di awal dan pertengahan umurnya dia larut dalam maksiat. Dan demikian pula sebaliknya orang yang telah ditetapkan akan masuk neraka.
Sebagian sahabat pernah bertanya kepada Nabi –shallallahu alaihi wasallam-, “Kalau semua sudah ditentukan tempatnya di surga atau di neraka, maka untuk apa kita beramal?” Maka beliau menjawab, “Beramallah kalian karena setiap orang akan dimudahkan kepada apa yang dia diciptakan untuknya (surga atau neraka, pent.).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ali)
Dan “Bukankah Allah lebih tahu siapa di antara hamba-hambaNya yang bersyukur?” “Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia lakukan, akan tetapi merekalah yang akan ditanya?”
17.    Haramnya tertipu dengan amalan saleh yang telah dia perbuat sehingga dia merasa mempunyai amalan yang besar, karena dia tidak mengetahui apa akhir hidupnya.
18.    Haramnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah, sebesar apapun dosa yang dia lakukan. Siapa yang tahu, mungkin dia termasuk orang yang Allah tetapkan sebagai penghuni surga di akhir hidupnya. Ambillah pelajaran dari hadits tentang pembunuh 100 orang.
19.    Bahwa semua perkara ghaib tidak ada jalan untuk mengetahuinya kecuali wahyu, sementara wahyu hanyalah diturunkan kepada para nabi. Karenanya kalau ada orang belakangan yang mengaku mengetahui perkara ghaib, maka dia hanyalah salah satu dari dua orang: Apakah dia seorang nabi -dan itu tidak mungkin-, ataukah dia seorang pembual besar.
20.    Bolehnya menguatkan suatu kabar yang sudah pasti benar dengan menggunakan sumpah.
21.    Bolehnya bersumpah walaupun tidak diminta untuk bersumpah.
22.    Bantahan kepada sebagian orang yang mengatakan bahwa orang yang mati dibunuh atau bunuh diri itu ajalnya terpotong. Maksud mereka: Sebenarnya umurnya lebih dari itu akan tetapi dia dibunuh sehingga umurnya terpotong. Ini adalah ucapan yang batil, karena ajal dan sebab dari kematian seseorang sudah ditentukan dan ditakdirkan.
23.    Wajibnya bersabar menghadapi semua kejadian buruk yang menimpa diri atau orang lain.
24.    Anjuran untuk berbaik sangka kepada Allah dan larangan untuk berburuk sangka kepada-Nya.
25.    Ilmu makhluk tidak ada artinya di hadapan ilmu Allah Ta’ala. Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam- telah mengabarkan perubahan janin dalam rahim, jauh sebelum para dokter mengetahui perubahan-perubahan tersebut.
Demikian segelintir pelajaran yang sekarang bisa kami petik dari hadits yang agung di atas.  Wafauqa kulli dzi ilmin alim.
_____________________________________
(1) Yakni amalannya adalah amalan penghuni surga di mata manusia. Maksudnya lahiriahnya adalah amalan penghuni surga akan tetapi amalan tersebut diikuti dengan riya` atau sum’ah atau apa saja yang membatalkan amalan tersebut sehingga amalan baik itu tidak ada manfaatnya. Jadi dari luar baik tapi dari dalam jelek, wal’iyadzu billah.
sumber: http://al-atsariyyah.com/?p=475

Tidak ada komentar:

Posting Komentar